Tak ada kata yang cukup menggambarkan selain kecerdikan PT. Saraswanti Utama dalam melebarkan sayap usahanya. Meski terbilang anak baru di kancah perbisnisan namun sepak terjangnya tak bisa juga dikatakan anak bawang. Tahun 2013 sepertinya menjadi sejarah penting bagi para pemegang saham dan komisaris perusahaan yang kini bernama PT. Saraswanti Utama. Perusahaan resmi holding ini kemudian dibagi ke dalam lima divisi besar. Di antaranya divisi pupuk, divisi perkebunan, divisi laboratorium, divisi properti, dan divisi lain-lain seperti perusahaan kertas. Total anak perusahaan PT. Saraswanti Utama berjumlah 27 Perseroan Terbatas.

Bicara PT Saraswanti Utama, maka tak lepas dari PT. Saraswanti Anugerah Makmur (PT. SAM) yang merupakan cikal bakal perusahaan. PT. SAM memulai produksinya di tahun 1998 bermarkas di Sidoarjo, Jawa Timur dengan membuat pupuk tunggal yang umum dipakai disemua komoditas. Seiring berjalannya waktu di tahun 2001 PT. SAM memutuskan untuk mengkhususkan diri pada pupuk yang lebih lengkap dengan menghadirkan pupuk majemuk berbentuk briket. Briket menjadi inovasi pupuk yang selama ini didominasi oleh pupuk tunggal. “Briket adalah inovasi. Sebelumnya belum ada produk briket, (kami) pencetus awal,” kata Edi Pramono selaku Chief Operation Officer (COO) dari Divisi Perkebunan dan Laboratorium PT. Saraswanti Utama. Pupuk majemuk berbentuk briket ini adalah hasil inisiasi para ahli di PT. SAM untuk mencoba mencari alternatif dan inovasi terkait pemupukan yang efektif dan efisien.

Bagi stakeholder perkelapasawitan mungkin sudah tak asing jika mendengar pupuk majemuk bernama palmo. Salah satu andalan pupuk majemuk PT SAM ini adalah hasil kerja sama dengan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) yang bertugas membuat prototipe dari palmo. “Kerja sama dengan Pusat Penelitian tidak berhenti sampai tahap prototipe saja. Ada pengawalan teknis yang diberikan oleh tiap Pusat Penelitian kepada konsumen PT. SAM,” ujar Edi. Tak hanya palmo yang dihasilkan, beberapa pupuk hasil kerja sama pusat penelitian diantaranya pupuk majemuk gula, halei, kerja sama dengan Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI), pupuk majemuk karet, pukalet, kerja sama Pusat Penelitian Karet (PPK), pupuk majemuk kopi dan kakao, koka, kerja sama Pusat Penelitian Kopi dan Kakao.

PT. SAM berhasil menjual 140 ribu ton pada tahun 2012 dan menembus angka Rp 1 T dalam omzet penjualannya. Palmo menyumbang penjualan sebanyak 70 ribu ton. Dari hasil ini, PT. SAM berhasil meraup laba bersih sebesar 15% atau sekitar Rp 150 M di tahun 2012. Omzet dan laba bersih tersebut belum ditambah dengan trading pupuk (perseroan lain yang berada dalam satu divisi pupuk). “Tren pemakaian palmo cenderung naik terus. Ini karena jumlah perkebunan besar di sawit yang besar. Petani di sawit juga cenderung memupuk tanamannya dan membeli produk kami,” ujar Edi. Hebatnya, penjualan palmo belum pernah mengalami penurunan. Perkembangan bisnis PT. SAM menurut Edi jika dirata-rata meningkat 30 persen setiap tahun yang sejak 2001 terus meningkat. Jika dipresentasekan konsumsi palmo untuk BUMN sekitar 55 persen, 45 persen swasta besar dan kecil termasuk memenuhi proyek pemerintah misalnya Pemda.

Edi mengklaim kelebihan palmo yang ramah lingkungan. “Pertama dosis yang digunakan palmo lebih sedikit. Dibandingkan dengan NPK granule presentase perbandingannya 80:100, sementara jika dibandingkan dengan pupuk tunggal juga jauh efisien yakni 30:70,” ujar Edi. Alasan kedua adalah pada saat aplikasi. “Saat aplikasi pupuk kami lebih efisien dengan cara menanam, tidak lagi disebar yang konvensional dilakukan,” tambahnya. Cara konvensional diyakini Edi sangat kurang ramah lingkungan dan tidak efisien karena kemungkinan diserapnya menjadi lebih kecil. Sementara itu dari segi formula, setidaknya ada dua kelebihan dibanding pupuk NPK granule dan pupuk tunggal. “Terdapat faktor slow release agent dan humic C substance di dalam palmo. Slow release agent mampu mengembalikan pelepasan unsur hara sementara humic C substance dapat memperbaiki struktur tanah,” papar Edi.

Usaha Lainnya

Selain pupuk, PT. Saraswanti Utama juga memiliki unit usaha lainnya. Mengembangkan perkebunan sawit menjadi pilihan PT. Saraswanti Utama. Edi selaku COO dari divisi perkebunan memberikan alasan dibangunnya usaha perkebunan. “Kami rambah kebun karena perkebunan merupakan perusahaan yang aman. Perkebunan adalah satu usaha yang tidak kolaps ditahun 1998. Dari keadaan itulah di tahun 2004 kami mulai rambah usaha perkebunan,” kata Edi.

Ada tiga wilayah yang dibuka untuk kebun sawit diantaranya berlokasi di Kalimantan Timur seluas 7000 ha dengan presentase 60 persen Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) sisanya Tanaman Menghasilkan (TM), lokasi kedua terletak di Kalimantan Barat yang merupakan lahan gambut seluas 4000 ha, serta di Sumatera Selatan. “Kami juga sudah membangun pabrik di Kalimantan Timur dengan kapasitas 40 ribu ton/jam,” kata Edi. Di Sumatera Selatan sendiri menurut Edi terdapat tiga perusahaan yang salah satunya bekerja sama dengan Cina seluas 10 ribu ha.

Unit usaha lain yang tak kalah maju adalah laboratorium. Terletak di Jakarta dan Bogor dengan kompetensi yang berbeda. “Tahun 2001 kami mendirikan laboratorium di Bogor bernama PT. Saraswanti Indo Genetech (SIG) dengan menyewa ruko. Tahun 2004 menyewa tanah hingga akhirnya tahun 2011 Graha SIG diresmikan. Laboratorium ini khusus untuk keamanan pangan sementara di Jakarta (PT. Anugerah Analisis Sempurna) khusus industri dan lingkungan,” kisah Edi.

Di awal berdirinya laboratorium di Bogor menurut Edi tidak langsung meraup untung. “Kita awalnya melayani jasa yang kompetensinya di Genetically Modified Organism (GMO),” ujar Edi. GMO merupakan analisa rekayasa genetika misalnya kedelai yang mengandung GMO. Di luar negeri umumnya tidak menerima produk ber-GMO seperti Jepang yang menuntut zero GMO. “Lab ini satu-satunya yang terakreditasi untuk GMO di Indonesia. Hanya regulasinya gak jalan, mau terkareditasi mau nggak, mau beredar mau nggak, mau dimakan atau tidak, mau diinfokan atau nggak tetap bebas dipasaran. Sudah ada UU dan PP jika mengandung 5% harus dilabel di Indonesia. Tetapi pelaksanannya tidak jalan,” kisanya. Akibat kondisi ini PT SIG tidak mendapatkan pasar dan mengambil jalan dengan menambah ruang lingkup lain seperti menganalisis pemanis, logam berat, vitamin, protein. “Lab ini empat tahun pertama merugi, ditahun kelima mengubah konsep dan bergerak naik,” tambahnya.

Kini, PT. SIG menurut Edi customer yang datang cukup beragam. Sebut saja Indofood, Nestle, ABC, Sosro, dan Japfa rajin “mangkal” di laboratorium ini. “Badan POM menggunakan rujukan di SIG. Kalau perusahaan produk dalam dan luar negeri akan melaunching produk baru harus peroleh perijinan, sebelumnya produsen harus melakukan analisa di lab yang dirujuk oleh Badan POM dan salah satunya lab ini,” jelas Edi. Kedua laboratorium menurut Edi sudah diakui secara nasional dan internasional.

Edi berkisah PT. SIG sempat ditawar sebesar Rp 600 M oleh perusahaan multinasional peringkat dua dunia di Inggris dan dua bulan kemudian ditawar lagi oleh perusahaan multinasional asal Prancis peringkat lima dunia. “Kita bisa lihat perusahaan yang bergerak di bidang ini masih prospektif hanya saja kita masih blank. Kita harus aware dengan apa yang kita miliki,” tukas Edi. Bicara omzet kedua perusahaan laboratorium ini mampu meraup Rp 90 M di tahun 2012.

Lain lagi dengan usaha pupuk berjenis dolomit dengan nama PT. Anugerah Dolomit Lestari. “Dolomit itu sumber bahan baku paling baik di Gresik. Dari Gresik kami bawa batunya dan dibawa dengan tongkang kapal menuju Palembang untuk diproses,” kata Edi. Ini menurutnya dapat menekan ongkos transportasi yang mahal jika dolomit diproses di Gresik. “Dibutuhkan kejelian melihat pasar,” katanya sambil tersenyum.

Di Palembang, pabrik dolomit memiliki kapasitas produksi 120 ribu ton/tahun. Sejak enam bulan terakhir sudah terjual 40 ribu ton. Tahun 2013 ini, PT. Anugerah Dolomit Lestari akan berekspansi ke Sampit, Kalimantan untuk membangun pabrik serta pupuk NPK dengan target tahun depan sudah mulai menjual. “Dolomit kiprah dan perkembangannya bagus karena didukung kandungan dari dolomitnya. Ada unsur Ca, Mg, dan CO3. Paling penting unsur Mgnya. Sifat dolomit memperbaiki pH tanah yang cenderung asam dinaikkan dengan dolomit dan dolomit ramah lingkungan,” papar Edi.

Kecerdikan lainnya ada di PT. Saraswanti Anugerah Mentari. Awal perusahaan ini berdiri adalah hasil kerja sama bilateral dengan perusahaan asal Korea. Tak dinyana hingga saat ini berkembang cukup baik. Perusahaan ini bergerak di bidang produksi material organik (pucuk tebu). Di pasar internasional pucuk tebu dikenal dengan nama dagang SCT (Sugar Cane Top). “SCT merupakan bahan baku media tanaman berguna untuk mempertahankan kelembaban tanah dan mempertahankan lingkungan mikrobiologinya. Permukaan tanahnya ditutup pucuk tebu dan ini menjadi tren pertanian organik mereka (Korea dan Jepang),” kata Edi. Selain membawa keuntungan bagi perusahaan, PT. Saraswanti Anugerah Mentari secara langsung ikut meningkatkan kesejahteraan petani. Petani yang awalnya tidak memanfaatkan limbah tebu kini dapat di”uangkan”.

Satu lagi perusahaan holding yang khusus bergerak di bidang trading yakni PT. Arya Supra Nugraha. PT. Saraswanti Utama (sebelumnya Saraswanti Grup) sadar benar bahwa produsen misalnya saja PT. SAM belum tentu mampu untuk ikut menjual sendiri produknya. Maka PT Saraswanti Utama sepakat untuk membuat perusahaan trading yang khusus menangani permasalahan perdagangan. “Kami siapkan general trading. Misalnya kami ingin menjual produk dan dinilai tidak bisa berkompetisi maka pakai trader. Produsen tidak selalu mampu bersaing di perdagangan,” ujar Edi.

Masih banyak lagi yang menjadi anak perusahaan PT. Saraswanti Utama yang tidak bersinggungan langsung dengan pertanian. Sebut saja perusahaan kertas dan properti yang berkonsentrasi di Surabaya dan Jogjakarta. Menilik perusahaan yang terus berkembang memungkinkan PT Saraswanti Utama untuk menjadi perusahaan terbuka. “Kami siapkan juga untuk perusahaan terbuka. Kami sedang berkembang dan dibutuhkan fokus,” tutup Edi.

Naskah : Cici Wardini

Dikutip dari www.elaeisindonesia.com