Dirintis oleh Yohanes Nugroho Hari Hardono sejak 1999, bisnis Grup Saraswanti berkembang ke berbagai sektor. Mulai dari pupuk, perkebunan, laboratorium, properti, bahkan pabrik kertas.
Kini kerajaan bisnisnya yang bermarkas di Jl. Raya Juanda Waru, Sidoarjo, Jawa Timur itu sukses mencetak omset hingga Rp 2,3 triliun per tahun. “Untuk mengelola (unit) bisnis saya serahkan ke para profesional. Saya lebih banyak di holding,” ujar Hari. “Dalam peran penyelarasan (sebagai CEO), saya lebih mengarah ke bagaimana mencari SDM,” tambahnya.

Menurut Hari, peran penyelarasan ini penting. Agar organisasi lincah yang perlu diselaraskan tujuan atau visi yang sama dalam organisasi. Misalnya, bagaimana ia memperkenalkan budaya, hasil dan proses kerja, serta sistem kekeluargaan. “Jadi yang perlu diselaraskan adalah karakter, kemampuan, dan macam pekerjaannya. Poinnya: seseorang akan bekerja lebih bagus bila melakukannya tidak terpaksa,” ia menuturkan.

Lalu, dalam pemberdayaan karyawan, ia mengakui bahwa uang bukan segalanya. Di samping uang, ada rasa ingin dihormati, disayang, dan diperhatikan. Karenanya, dalam pemberdayaan yang ia lakukan: bagaimana karyawan merasa tenang dalam bekerja. Misalnya dalam hal gaji, ia akui tidak tinggi, tetapi memberikan insentif tambahan. Malahan, untuk pegawai level direksi hingga manajer yang sudah mengabdi lama, diberi peluang membeli saham sesuai dengan nilai buku.

“Saya berusaha menciptakan lingkungan kerja yang nyaman. Terbukti turnover karyawan kurang dari 1%. Kecuali bila terjadi pelanggaran berat, Misalnya ada kecurangan dalam hal keuangan, karyawan diberi pilihan: mundur atau dipecat. Hari menjelaskan,

Kendati begitu, Hari mengaku bukan hal mudah untuk menjadi seorang panutan. Namun, ia berusaha memberikan contoh sebagai pekerja keras, jujur dalam hal menjaga komitmen, dan mengerjakan apa yang disampaikan. “Komitmen bagi saya segalanya, begitu juga kerja keras dan cerdas,” ucapnya.

Bisnis Saraswanti diawali dengan memproduksi pupuk NPK, di bawah bendera PT. Saraswanti Anugerah Makmur. Hari berhasil mengembangkan bisnisnya ini, bahkan membuat inovasi dengan memproduksi produk N PK dalam bentuk tablet, sebuah produk yang kala ini tidak banyak perusahaan yang sanggup membuatnya.

Sejak itu, bisnisnya beranak pinak. Pada 2003, Saraswanti masuk ke bisnls perkebunan sawit dan mendapat izin lokasi 10 ribu ha di Kalimantan Timur. Sekarang, kelompok usaha ini memilikl sekitar 22 ribu ha kebun sawit di Kal-Tim dan Kal-Bar, serta cadangan 18 ribu ha di Sumatera Selatan. Hari masih memiliki lahan seluas 400 ha di lereng Gunung Kelud, yang sekarang dltanami tebu(200 ha), karet (50 ha), cengkeh (100 ha) dan tanaman keras (50 ha).

Tahun 2005, Hari masuk ke bisnis properti, dengan menjadi pengembang. Lalu, pada 2012 merambah ke bisnis perhotelan, dengan membangun Hotel Alana di Surabaya. Rencana ke depan, Hari hendak membangun hotel bintang empat di Bogor, Semarang (dua lokasi) dan Surabaya.

Dikutip dari: Majalah SWA, Edisi 09 | XXXII | 28 April – 11 Mei 2016